Menggali Potensi Spiritual Yang Ada Dari Dalam Diri Sendiri
Oleh:Jacob Ereste
Mediapertiwi,id-Potensi spiritualitas yang ada dalam setiap diri manusia dapat dikembangkan lebih maksimal agar kualitas kesadaran, penghayatan dan pemahaman spiritual dapat semakin baik dan berkembang mencapai tingkat yang lebih tinggi dari apa yang sudah dimiliki sebelumnya.
Potensi spiritual yang ada itu dapat dimulai dari kesadaran diri -- self awereness -- sebagai pondasi utama pijakan memasuki alam pikiran, emosi dan langkah-langkah yang semakin terarah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan menemukan makna hidup yang hakiki.
Fungsi hati nurani sendiri -- conscience -- harus menjadi kompas petunjuk dengan cara terus mengasah kepekaan lewat sikap kejujuran, keadilan serta empati untuk memaknai hidup dapat lebih bermanfaat dalam dimensi spiritual yang terbaik untuk kebaikan bagi diri sendiri maupun untuk orang lain.
Begitulah capaian yang dapat dilakukan melalui keikhlasan dari niat dan tindakan untuk memurnikan hubungan dengan Tuhan dan sesama makhluk di dunia -- utamanya manusia -- lingkungan alam yang merupakan bagian dari ekspresi keberadaan Tuhan yang nyata. Rasa syukur sebagai energi spiritual dapat mentransformasikan keterbatasan -- untuk berbagai hal -- menjadi kelimpahan makna yang memperkaya serta memperkuat spiritual semakin berkualitas dalam diri pelakunya.
Karena itu, dalam keheningan batin -- inner silence -- dunia yang riuh dan gaduh dapat dilihat dalam ketenangan dan kejernihan untuk dihadapi -- atau bahkan diatasi -- tanpa harus menghindar dari tanggung jawab yang patut dilakukan sebagai bagian dari laku spiritual yang sejati. Sebab dari dalam keheningan di tengah keriuhan dan kegaduhan -- kemampuan mendengar bisikan dari langit -- memberi tempat makna dalam kesadaran kepastian akan campur tangan Tuhan, ketika daya dan upaya telah dilakukan dengan tulus dan ikhlas untuk kebaikan semua makhluk serta seisi jagat raya tiada dikotori oleh pamrih apapun, kecuali hanya untuk Allah SWT semata.
Begitulah kejujuran yang luhur dan otentik membalut cinta dan kasih -- sebagai inti Pati dari spiritualitas yang sejati -- yang tak lagi membedakan ekspresi total kepada Tuhan, hingga makhluk hidup yang ada berikut jagat raya sebagai kreasi cipta dan karsa milik Tuhan semata.
Rasa syukur yang terus dinyanyikan di dalam hati sepanjang jalan spiritual yang panjang tak berujung -- sebab hanya akan berakhir di liang kubur -- akan terlihat dalam warna- warni yang sempurna dalam kreasi lukisan Tuhan Yang Maha Indah. Katena di dalam rasa syukur yang tulus mampu mengubah pandangan nanar tentang hidup yang penuh misteri serta rahasia milik Tuhan yang dapat dinikmati sepanjang jalan spiritual yang lurus. Kecerdasan hati pun terbuka menerima kehadiran Ilahi Rabbi dalam segala bentuk dan perwujudan yang belum pernah dikenal sebelumnya. Maka itu, perjalanan spiritual sulit dan rumit untuk dinarasikan, sebab semuanya hanya sebatas untuk dilakukan. Persis seperti wekas asih tiada bersyarat untuk siapapun -- sebagai ujud nyata dari makna spiritual yang bersemayam dalam jiwa dan mampu menyembuhkan seluruh penyakit kedengkian maupun kesyirikan. Begitulah sikap dan sifat ugahari -- humility -- sebagai sandaran dari berbagai keterbatasan -- karena selebihnya adalah milik Allah. Seperti sikap pasrah menerima segala yang datang -- untuk kemudian pergi -- seperti apa yang kita kira sebelumya adalah milik kita sendiri.
Kesadaran dan pemahaman serta pendalaman laku spiritual serupa ini perlu dilakukan dengan cara kontemplasi -- tawaduk dan tafakur -- karena dengan cara itu suara spiritual yang lirih sekalipun dapat terdengar memberi petunjuk pada mata batin kita yang terang dan jernih.
Meski begitu, toh kesabaran dan keteguhan hati akan terus teruji. Sebab kesabaran dan keteguhan merupakan bagian dari kekuatan sinyal dan frekuensi spiritual yang terus terasah dan terpelihara dengan baik.
Pecenongan, 24 Juli 2025.
Post a Comment