Membangun Keseimbangan Hidup dan Penghidupan Melalui Spiritualitas
Oleh:Jacob Ereste
Mediapertiwi,id-Hidup dan kehidupan itu ternyata misteri yang tak terjangkau oleh akal sehat sekalipun. Mulai dari hidup dan kehidupan itu sendiri, hingga kematian nyaris seluruhnya menjadi rahasia Tuhan. Dari pengakuan seorang kawan yang tak pernah menduga akan mendapat pasangan hidup yang sangat luar biasa dan penuh misteri juga, terkagum takjub dalam perenungan pun indahnya ketika hujan menyirami bumi. Hingga mengisyaratkan inilah satu diantara pekerjaan Tuhan menjaga keseimbangan alam untuk melakukan terapy terhadap dirinya sendiri, agar siklus kehidupan di jagat raya dapat terus berlangsung lestari dan seimbang dengan apa yang telah dilakukan manusia bersama makhluknya yang lain, mengeksploitasi bumi dalam bentuk dan skalanya yang berbeda.
Manusia urban yang menyesaki perkotaan acap masih tetap membawa sisa-sisa naluri yang mereka peroleh secara alami dari lingkungannya seperti menanam bunga atau sejenis tetumbuhan lainnya di depan rumah, meski tidak punya halaman yang cukup lapang. Begitu juga hasrat memelihara binatang, utamanya burung dan jenis hewan peliharaan lain seakan ingin menggenapi naluri sunnatullah itu yang telah menjadi bagian dari hidup dan kehidupan sejak di desa.
Inilah yang dimaksud seorang kawan penyair, naluri alam yang mewariskan secara turun menurun hingga menjadi tradisi, adat dan budaya agraris dan maritim seperti yang lebih jamak dan dominan menandai hidup dan kehidupan manusia Nusantara di masa lalu.
Dalam perjalanan sejarah, begitulah hukum alam juga menurunkan naluri untuk terus hidup dan berkehidupan, sehingga manusia dari Ujang Barat menjelajah ke Timur untuk sekedar hidup dan berkehidupan yang tercukupi, kendati harus mengarungi lautan lepas seperti tiada batas, hanya untuk mendapatkan hasil bumi yang melimpah ruah dari tanah para leluhur yang gemah Ripah loh jinawi. Tapi orang-orang desa yang merasa tidak cukup memiliki akses sosial untuk meningkatkan taraf hidup dan penghidupannya justru ramai dan berbondong-bondong masuk kota. Semua itu dilakukan sekedar untuk menemukan suasana kehidupan yang baru agar dapat mengubah citra nasib yang patut dilakukan sebagai ikhtiar untuk mengubah nasib, karena seseorang hanya mungkin berubah melalui upaya dan usaha yang gigih dan tangguh menghadapi tantangan jaman.
Tak sedikit memang diantara masyarakat urban yang sukses di kota. Mereka mampu mengubah nasib dan memperoleh peruntungan yang kebih baik. Namun tidak sedikit pula diantara mereka yang keok, tapi tetap tak hendak menyerah untuk tetap bertahan di kota. Padahal masalahnya di desa umumnya adalah, tidak mampu melihat peluang yang cukup banyak untuk bisa dikembangkan menjadi lapangan pekerjaan. Kendati pada umumnya masalah bagi warga masyarakat desa tidak memiliki modal awal untuk membuka lapangan kerja sendiri tanpa harus bergantung pada pihak lain. Apalagi bagi mereka yang memiliki lahan warisan yang cukup luas, misalnya untuk berkebun atau bercocok tanam untuk jenis komoditas yang tidak terlalu lama bisa dipetik hasilnya.
Pekerjaan yang bersifat duniawi ini biasanya lebih dominan menyita waktu hingga abai pada masalah yang bersifat uhrowi (akherat), akibatnya nilai-nilai spiritualitas jadi tergerus, atau bahkan terlupakan sama sekali. Padahal, pada dasarnya manusia Nusantara sangat religius, memiliki keyakinan keagamaan yang kuat dan teguh, serius yang khusuk melaksanakan ritual keagamaan yang diyakini.
Sayangnya masalah bid'ah acap menjadi persoalan dalam konteks agama yang merujuk pada praktik atau ritual baru yang tidak dicontohkan para Nabi. Padahal makna bid'ah adalah inovasi dalam upaya pembaharuan atau pengurangan dari ajaran agama yang dianggap tidak sesuai dengan sumber yang mengacu pada agama. Karena makna bid'ah ada yang disebut bid'ah hasanah dan bid'ah dhalalah. Jadi, jelas ada bid'ah yang boleh dilakukan dan bid'ah yang dilarang oleh agama.
Dalam konteks lelaku spiritual inilah jalan terbaik membangun keseimbangan hidup dan penghidupan agar lebih bijak menyikapi dunia dan akherat seperti yang dipercaya oleh semua penganut agama upaya manusia -- sebagai khalifatullah -- wakil Tuhan di bumi dapat selalu dekat dengan Tuhan. Sebab spiritual itu bersifat universal yang dapat dilakukan oleh semua pemilik agama yang yakin dan percaya pada tuntunan dan ajaran kebaikan bagi alam semesta serta seisinya, termasuk makhluk yang ada di dalamnya. Fenomena dari kebangkitan kesadaran spiritual kini semakin marak menjadi perhatian banyak orang untuk menekuni lelaku spiritual, sehingga tidak terbelenggu pada pemikiran duniawi -- lupa dan lalai pada uhrowi -- yang sangat dominan menyesakan.
Banten, 18 Mei 2025.
Post a Comment