News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kartu Pers 15 Ribu: Rajah Lee dan Syuurkawin di Bawah Komando Pawang Hutan

Kartu Pers 15 Ribu: Rajah Lee dan Syuurkawin di Bawah Komando Pawang Hutan

 

Mediapertiwi,id-Syuurkawin, alias Syahwati, seorang lelaki berusia sekitar 33 tahun, dulunya hanya pengantar proposal. Bukan proposal iklan, melainkan permintaan bantuan pembangunan dayah dan masjid. Dengan wajah lugu dan suara memelas, ia biasa mengetuk pintu-pintu dinas, menyodorkan surat permohonan sumbangan. Namun, nasibnya berubah saat bertemu Pawang Hutan, seorang pemilik media yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Doktor.

“Kamu kan wartawan, tolong teken,” ujar Pawang Hutan suatu hari, sambil menyodorkan proposal iklan berkop media. Syuurkawin hanya mengangguk. Kali ini, bukan lagi proposal sumbangan untuk rumah ibadah, melainkan proposal iklan media. Di lembaran kertas itu, tertera namanya lengkap, nomor telepon, jabatan yang terlihat resmi, dan tanda tangan basah.

Beberapa hari kemudian, mereka kembali. Dengan wajah penuh harap, Syuurkawin bertanya kepada petugas dinas, “Sudah bisa diteken, Pak?”

Petugas mengernyit. “Anda wartawan? Media apa?” Syuurkawin terdiam sejenak, melirik Pawang Hutan yang sudah siap dengan jawabannya. “Ya, wartawan,” jawabnya tegas. Beberapa saat kemudian, dana pun mengalir ke rekening yang telah disepakati.

Hari itu, Syuurkawin merasa dirinya telah resmi menjadi wartawan. Di warung kopi, ia duduk bersama Pawang Hutan dan beberapa rekan lainnya. Pawang Hutan menjadi pusat percakapan, berbicara seolah-olah mentor jurnalis kawakan. Tak jauh dari mereka, duduk para wartawan lama yang telah bertahun-tahun meliput berbagai peristiwa. Namun, Syuurkawin tak peduli. Ia larut dalam obrolan bersama kelompoknya.

Di meja batu, tergeletak bungkusan rokok Dji Sam Soe warna hitam. Syuurkawin mengambil sebatang rokok, menyalakannya perlahan, menarik napas dalam-dalam. Asap mengepul, lalu ia batuk kecil.

Tak hanya Syuurkawin, ada juga Rajah Lee. Tubuhnya gendut, wajah lebar, mantan pedagang ikan keliling yang kini lebih sering mondar-mandir ke kantor-kantor dinas dengan proposal berkop media. Bukan untuk mencari berita, melainkan untuk menagih iklan. Jika ada acara, ia tak segan-segan menempelkan kartu wartawan hasil cetakan Pawang Hutan.

Bagi Pawang Hutan, yang akrab disapa Pak Doktor atau Pok Pok Wo, semua orang bisa menjadi wartawan. Dengan modal Rp 15 ribu, ia bisa mencetak kartu pers untuk siapa saja. Maka, Rajah Lee dan Syuurkawin pun beraksi. Kini, bukan hanya menagih iklan. Mereka telah naik pangkat menjadi buzzer dan intelijen bayangan Pawang Hutan.

“Asal ada kartu wartawan, beres,” ujar mereka dengan percaya diri.

Namun, bukan hanya soal iklan. Syuurkawin kini dikenal sebagai pemain syuur, terutama saat pergi keluar kota. Konon, itulah alasan mengapa ia tak kunjung menikah. “Si kancil itu, matanya seperti musang yang lapar. Apalagi kalau lihat perempuan,” celetuk Syuur Kojul, rekan mereka di meja kopi.

Rajah Lee pun tak ketinggalan. Meskipun belum seberani Syuurkawin dalam mengelola pokir, ia tetap rajin menagih. Selain iklan tembak, ia juga mengincar amplop dari acara-acara yang digelar oleh dinas-dinas. “Kadang dia nodong panitia acara. Modalnya cuma kartu wartawan,” bisik Syuur Kojul sambil tertawa.

Di meja obrolan, gelas-gelas air putih gratis dari pemilik warung berjejer. Meski pokir Pawang Hutan sudah mencapai miliaran rupiah, Rajah Lee dan Syuurkawin tetap saja enggan mentraktir. Segelas kopi pun, kalau bisa, dihindari untuk bayar sendiri.

Begitulah mereka. Dulu pembawa proposal bantuan dayah dan masjid, kini jadi pemain proposal iklan media. Dan bagi Pawang Hutan, mereka adalah dua tangan kanan yang siap menjalankan apa pun perintahnya — asal amplopnya tetap lancar. (Ery) . 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment