News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Renungan Akhir Tahun Bersama Markenun

Renungan Akhir Tahun Bersama Markenun

Oleh:Jacob Ereste 

Mediapertiwi,id,-Markenun sengaja datang ke rumah mau curhat. Dia memang orang yang  cukup tahu diri. Karenanya dia paham di rumahku stok kopi dan gula sering pas-pasan saja. Maka itu dia membawa gula dan kopi lengkap dengan gorengan, makan khas kami sebagai rakyat jelata.

Tentu saja diantara panganan gorengan itu agak lebih istimewa dan banyak baloknya. Soal balok itu -- sebutan khas Wong Yogyakarta Hadiningrat -- adalah singkong seperti yang sudah dikenal oleh banyak orang itu.

Pasalnya, makanan khas rakyat jelata ini memang sudah sangat akrab dengan seleraku sejak anak-anak yang memang cukup hidup dalam suasana kebun. Atau lebih tepatnya adalah lingkungan petani.

Sambil membuka bontot bawaannya, Markenun ndermimil ngoceh -- seperti kebiasaan dia memang lebih cerewet dari orang yang paling cerewet di muka bumi. Dia pun mengeluarkan dua bungkus rokok kretek kesukaanku yang terlanjur dia yakini juga sebagai anti Covid-19 yang ampuh. Apalagi saat Covid-19 itu merajalela kemarin hingga membuat panik banyak orang, aku menjadi obyek perhatiannya yang cukup serius. Sebab saya memang tampak meyakinkan dengan segenap ketenangan serta sikap santai. Dan memang saya tak tersentuh oleh demam Covid-19 yang menakutkan itu.

Sambil membuka panganan gorengan itu dari dalam bungkusannya, Markenun mengatakan gorengan singkong ini bukan dari hasil Food Estate, katanya dengan nada serius. Aku pun sudah cukup siap dengan gaya ucapan dan selorohnya yang liar seperti itu. Karena dia memang sosok seorang aktor yang cukup piawai di panggung ketoprak maupun teater. Meski selama hidupnya tak pernah memiliki jam terbang di panggung pementasan. Sebab dia memang cuma sebagai sutradara dan pengarah artistik panggung yang dikagumi oleh kalangan seniman seangkatan tahun 1970 hingga menjelang 1990. Setelah itu dia memilih mempensiunkan dirinya sendiri dengan tunjangan hidup yang pas-pasan.

Pokok utama pembicaraan kami  memang langsung fokus pada acara tahun baru yang serba salah dalam artian persepsi banyak orang. Karena untuk merayakan acara tahun baru masehi banyak kerabat dan sahabatnya yang mencibir. Sementara saat  menggunakan  tahun baru atas dasar hijriah, belum cukup populer dan selalu tidak akan semeriah tahun baru Masehi yang sudah terlanjur umum dilakukan banyak orang.

"Akibatnya, pada kedua tahun baru itu tadi kita tidak pernah mendapat bingkisan apa-apa dari sahabat dan kerabat kita yang ada, kata Markenun terus nyerocos, tanpa perduli aku mendengarkan atau tidak ocehannya yang nyeracau itu.

Tahun Masehi 2023 akan segera usai, kata dis terus ngomong sambil mengaduk kopi yang dibuatnya sendiri itu. Sementara tahun Hijriyah 1445, tidak juga dirayakan serta disambut dengan agak istimewa, misalnya mendapat bingkisan, meski tak dalam wujud yang istimewa dan spesial, kok jadi terkesan kalah dengan gelontoran sembako dan amplop yang dibagikan oleh tim sukses  Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, kata Markenun sambil melahap tempe mendoan yang dibawanya.

Ibarat Si Lebai Malang, di hulu tak dapat, ke hilir dianggap sudah ketinggalan. Begitulah, kata Markenun tentang  nasibnya yang malang setiap kali ingin merayakan acar tahun baru. Padahal, kalender Masehi atau Anno Domini (AD) dalam bahasa Inggris itu adalah sebutan untuk penanggalan atau penanda tahun dari kalender Gregorius dan Julius. Kalender Masehi ini mengacu pada bilangan tahun tradisional sejak kelahiran Yesus dari Nazaret. Sebelum itu disebut tahun Sebelum Masehi (SM). Dalam sejarahnya penanggalan ini sempat didempurnakan pada tahun 1582 hingga disebut kalender Gregorian. Sebutan Masehi sendiri, kata Markenun berkisah berasal dati bahasa Arab, yaitu artinya membasuh. Mengusap atau membelai, seperti makna Al Masih.

Anno Domini sendiri maknanya adalah  "Tahun Tuhan". Yang unik memang perhitungan kalender Masehi yang mengacu pada perputaran bumi yang mengelilingi matahari. Berbeda dengan kalender Hijriyah, didasarkan pada gerakan bulan mengelilingi bumi.

Pada dasarnya, kedua jenis  penanggalan itu -- Kalender Masehi dan Kalender Hijriyah -- adalah untuk menandai waktu hingga bilangan abad yang dapat dijadikan patokan untuk menghitung siklus perubahan yang selalu berulang, seperti masa kejayaan bangsa Nusantara.

Setidaknya, siklus tujuh abad keempat sekarang ini, bisa dipercayai akan segera muncul tokoh kaliber dunia yang kharismatik dan akan menjadi panutan umat manusia yang semakin gamang meneguhkan jati dirinya sebagai makhluk yang paling mulia di muka bumi. Dan sosok pemimpin kaliber dunia ini -- setara Nabi -- akan  muncul dari bumi Nusantara, kata Markenun seakan sedang meyakinkan kebimbangan saya yang selalu enggan memberi komentar atas pendapat maupun permenungan filsafat hingga vibrasi spiritual yang tampak menggelegak dari segenap ekspresi serta segenap pembuluh darahnya.

Inilah perenungan akhir tahun yang perlu dan penting, meski tampa bingkisan akhir tahun yang indah, kata Markenun seperti sedang berupaya menjinakkan rasa nelangsa untuk  dirinya sendiri.

Aku pun terpana takjub dan kagum melihat semangat yang menggelegak dalam dirinya terus membara untuk menghadapi semua keriuhan dan kegaduhan, seperti mereka yang tengah asyik menyambut acara perayaan tahun baru yang telah berulang kali terjadi dan kembali berulang. Sementara diujung langit Utara, kubayangkan kembang api segera akan bertaburan. Dan nilai harganya tidak perlu dikonversi dengan harga beras  yang sudah lebih dulu ke langit.

Banten, 29 Dedember 2023 .

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment