Syariat, Tarekat, Hakikat dan Ma'rifat Dalam Dimensi Spiritualitas Yang Sangat Diperlukan Oleh Manusia
Oleh:Jacob Ereste
Mediapertiwi,id-Syari'ah sebagai rujukan sistem hukum -- aturan dan pedoman hidup yang bersumber dari Al Qur'an dan Sunnah Nabi meliputi segala aspek kehidupan -- mulai dari ibadah, muamalah, etika hingga hukum pidana dan perdata.
Adapun unsur pokoknya adalah keyakinan atau keimanan. Lalu ibadah sebagai aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, seperti solat, puasa, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji ke Makkah.
Lalu muamalah, uqubat dan etika serta moral. Yang menarik, tujuan dari syariat itu sendiri adalah untuk menjaga agama, jiwa, akal dan keturunan serta harta benda yang dimiliki. Artinya, syariat itu bukan hanya sekedar aturan hukum, tetapi juga sebagai panduan menyeluruh untuk menjalankan kehidupan dengan nilai-nilai agama yang baik dan benar.
Pada level berikutnya ada yang disebut tarekat sebagai jalan pilihan -- atau metode dalam tasawuf -- yang patut ditempuh manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara spiritual. Tarekat ini biasanya dipimpin oleh seorang guru spiritual yang acap disebut mursyid serta memiliki kemampuan mengajar, memberi amalan cara dengan disiplin tertentu yang diperoleh secara turun temurun dari para wali atau tokoh agama yang mumpuni dalam masalah agama.
Diantara cirinya yang nyata ialah ketaatan dan kemampuan menjalankan pendidikan rohani, seperti menjalankan puasa -- meski tidak pada bulan ramadan -- terus dan tekun memperbaiki etika, moral dan akhlak dengan meningkatkan pengendalian hawa nafsu agar tidak serakah dan rakus serta tamak, apalagi hendak menggagahi hak orang lain.
Sedangkan untuk pertanda berikutnya kuatnya ikatan kebersamaan (ukhuwah) dalam komunitas spiritual yang guyub rukun dan harmoni, selaras dengan simfoni bumi. Sehingga tujuan menuju ma'rifat tercapai untuk melebur dengan kehendak Allah yang diridhoi.
Diantara tarekat yang cukup dikenal dalam kalangan umat beragama seperti tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syattariyah dan Tijaniyah. Begitulah esensinya tarekat sebagai ekspresi dari spiritualitas yang mengakar pada agama untuk memperhalus dan kepekaan jiwa untuk memperkuat hubungan langsung manusia dengan Sang Pencipta.
Dalam capaian tertentu, laku spiritual mampu memasuki tataran hakekat dalam kedekatan diri dengan Yang Maha Khalid. Demikianlah lapisan utama dari pengembaraan rohani -- yang acap disebut banyak orang sebagai kaum sufi -- setelah melampaui tahapan perjalanan spiritual tertentu -- hingga menemukan kebenaran yang sejati atau semacam realitas dari segala sesuatu dalam kehidupan di dunia ini.
Atas dasar proses pengembaraan spiritual ini, manusia mampu menapaki tahapan syariat, tarekat dan hakikat hingga ma'rifat sebagai puncak dari kecerdasan spiritual yang memiliki intuitif tinggi untuk melakukan kontak langsung dengan Tuhan. Jika hakikat sebagai tahapan dari perjalanan spiritual telah digapai, maka vibrasi dari data getar rohani yang berpusat di kedalaman hati yang suci, maka kemampuan seperti itu sesungguhnya telah jauh berada di atas semua ilmu. Karena, takaran dari intelektualitas sangat dipercayai oleh banyak orang sesungguhnya berada dalam asuhan serta kendali spiritualitas yang sangat diperlukan untuk kesempurnaan manusia sebagai khalifatullah di bumi.
Pakuhaji, 3 Juni 2025.
Post a Comment