Spiritual Menjaga Nilai-nilai Kemanusiaan dan Perdamaian, Meski Harus Berperang
Oleh:Jacob Ereste
Mediapertiwi,id-Pendapat berbagai tokoh agama dan spiritual tentang perang Palestina dengan Israel tidak lagi dihiraukan. Akibatnya, dampak kemanusiaan, pentingnya dialog dan penegakan keadilan jadi sia-sia hingga terpaksa berujung pada penderitaan manusia.
Paus Fransiskus mengutik perang yang selalu akan menghasilkan kekalahan kemanusiaan bagi semua pihak. Karenanya seruan untuk melakukan gencatan senjata, bantuan kemanusiaan dan pembebasan Sandra perlu dilakukan untuk meredakan suasana panas peperangan yang akan semakin sulit dihentikan sampai batas terakhir kehancuran.
Paus Leo XVI menyebut konflik sebagai potensi "jurang tanpa batas" dan menekankan diplomasi serta moralitas sebagai pengganti perang. Karena Paus Leo XVI konsisten mendesak penghentian kekerasan dan penyaluran bantuan kemanusiaan untuk keselamatan di bumi.
World Council of Churches and Latin Partiachate of Jerusalem mendesak penghentian segala kekerasan dan menuntut penghormatan terhadap hak asasi semua pihak. Eastern Ortuodox Patriarch of Constantinople menyoroti penderitaan rakyat sipil dan pentingnya perlakuan keadilan.
Dari forum dialog antar-iman -- Yahudi-Islam --sejak tahun 2005-2008 World Congreds of Imams and Rabbis for Peace telah menyatakan komitmen untuk mengakhiri kekerasan atas nama agama, menghormati hak semua orang, serta membangun dunia yang plural dan damai. Demikian juga Christian Libanon -- Theology (Sabeel Gaza) -- memadukan spiritualitas dengan keadilan sosial, mendorong hukum internasional dan hak asasi merespon konflik agar dapat segera diredakan dan dihentikan.
Uskup dan tokoh agama regional -- Patriarch John X (Gereja Likodoks Antiokia Lebanon) dan tokoh Muslim Lebanon menyatakan dukungan penuh terhadap rakyat yang menderita untuk menuntut agar PBB dan komunitas internasional segera bertindak, tidak justru membiarkan pertikaian terus berkobar dan menelan banyak korban manusia dan harta benda.
Artinya, para tokoh spiritual dunia dan regional pun telah mengingatkan bahwa dalam konflik yang menumpahkan darah, masih ada ruang kemanusiaan, rasa persaudaraan serta usaha kolektif menuju rekonsiliasi dan perdamaian.
Pada pokoknya, pesan para tokoh spiritual dunia bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan konflik, karena peperangan hanya akan memperdalam penderitaan manusia yang terdampak oleh peperangan tersebut. Dan perdamaian harus dilakukan atas dasar keadilan serta dialog, bukan atas dominasi militer. Juga penghormatan terhadap hal semua pihak harus menjadi prinsip yang ditegakkan oleh pemimpin spiritual dan pemimpin agama.
Para tokoh spiritual telah mengingatkan bahwa dalam konflik yang berdarah, masih ada ruang untuk kamusiaan serta usaha kolektif menuju rekonsiliasi seperti yang diidolakan oleh GMRI -- Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia -- yang telah menggagas perdamaian harus diwujudkan. Dalam momentum perang ini pula yang tercatat oleh Sri Eko Sriyanto Galgendu selaku Pemimpin Spiritual Nusantara juga ikut mengingatkan, tatkala Vladimir Putin hendak menyerang Ukraina pada invasi 24 Februari 2022, dia meminta fatwa pada pemimpin spiritual Rusia, Patriark Kiriil, kepala Gereja Ortodok Rusia.
Pemimpin Spiritual Patriarch Kiriil of Moscow mendukung kebijakan nasionalis religius dan memberikan pertimbangan spiritual terhadap tindakan politik Rusia, termasuk invasi ke Ukraina. Perang baginya bagian dari perjuangan melawan nilai-nilai Barat yang dekaden, dan membingkai konflik sebagai pertarungan spiritual dan moral.
Banten, 24 Juni 2025.
Post a Comment