News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Puisi Laut Yang Tak Kangen Masuk Auditorium Ber-AC

Puisi Laut Yang Tak Kangen Masuk Auditorium Ber-AC

 

Oleh:Jacob Ereste 

Mediapertiwi,id-Puisi ini sungguh memberontak, terhadap perjodohan dirinya dengan esai.  Tapi penghulu telanjur menuntun mereka mengikuti ijab kabul yang sudah disaksikan warga sekampung.

Banyak orang terperangah, menyaksikan sejarah baru terbangun, entah siapa yang memulainya. Aku pun terkesima sesaat, lalu memberikan permakluman bahwa perkawinan tak harus sesuku bangsa.

Aku pun diam-diam percaya, bila kecantikan puisi yang luwes gandes, akan melahirkan anak yang gagah seperti esai yang tegas berucap meski di lorong yang gelap, tiada cahaya untuk menghantar kepada pagi yang menandai semua pekerjaan semalam harus dilanjutkan dalam bentuk yang lain untuk menjemput sore yang indah.

Anak-anak puisi esai mulai beranjak dewasa merampungkan karakter dan tabiatnya sempurna dari perkawinan puisi yang cantik rupawan dengan esai yang tampan.

Sebelumnya pun pesta perkawinan diarak keliling kampung terus merambah ke tetangga desa di  sebelah. Kulihat Denny JA menabuh rebana seperti penyair sufi yang mabuk kepayang bercumbu dengan karya dan tetabuhan irama musiknya.

Alagoris puitis riuh rendah menghias arakan pengantin dalam suasana sakral   bermanik moral lengkap dengan mahkota spiritual.

Mulanya banyak orang cuma menonton, meski pelan tapi pasti, satu-sati ikut turun menari dalam corak dan warna yang tak pernah dimusyawarahkan. Toh, acara dan upacara berlangsung meriah seperti mata pena sang penyair yang menoreh angkasa ingin menebus langit yang tak bisa dikapling oleh siapapun juga, seperti laut di pantai Utara Tangerang, Banten yang tidak tercatat di lembaga pertanahan yang kacau.

Sebab laut tak hanya menyimpan emosi bumi dan desau ombak yang tak letih membisikkan harmoni alam, tapi laut itu gudang ikan para nelayan sebelum dibawa ke pasar lelang. Sehingga nilai-nilai yang tak terbayar bisa dihitung sampai ke dapur pemanggangan untuk   bekal anak-anak kuat berangkat ke sekolah. Sebab jatah makan bergizi gratis dapat lebih terjamin tersedia di rumah.

Begitulah anak-anak belajar menulis dan membaca, kendati entah sampai kapan bisa ikut menulis puisi esai seperti yang dimimpikan kawan-kawan dan Denny JA, selalu dalam do'a tak berkeluh lelah, seperti nelayan yang tak pernah mau menyerah sebelum membawa hasil tangkapan dari dalam jaring dan jalanya 

Wajah-wajah nelayan melantunkan puisi laut yang maha luas seperti Rumi, Hafiz, Rabiah dan Amir Hamzah bahkan melampaui Chairil Anwar dan Rendra sampai Sutardji maupun Wiji Tukul diiringi derai ombak yang pasti kembali ke pantai.

Pembacaan puisi laut tak sempat dilantunkan di auditorium ber-AC atau di hotel belapis bintang satu hingga lima. Dan puisi esai sekedar kangen dibacakan di atas perahu beraroma payau, terus bersaing dengan deru ombak tiada letih terus berteriak sepanjang waktu.

Puisi laut yang tak kangen masuk auditorium ber-AC, karena sungguh sadar diri. Lantaran puisi laut dinikahkan oleh badai dengan zikir bahasa bumi, narasi angin dan puitik badai yang dipahami sebagai dzikrullah, sakral penuh nuansa dan vibrasi spiritual.

Adakah puisi esai seperti itu ?

Banten, 29 Juni 2025.




Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment