Pawang Hutan Mulai Catut Nama PWI dan AJI Demi Menutupi Kejahatan Mereka
Oleh:Ery Iskandar/Penggiat Pers
Mediapertiwi,id-Di tengah gencarnya praktik kejahatan yang dilakukan oleh oknum "pawang hutan" di dunia pers Aceh, kini mereka berani mencatut nama besar organisasi pers nasional seperti PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) dan AJI (Aliansi Jurnalis Independen) untuk menutupi jejak kejahatan mereka. Dengan memanfaatkan kredibilitas kedua organisasi tersebut, para pawang hutan berusaha menutupi skandal bisnis gelap yang mereka jalankan lewat media siluman yang mereka bangun. Tujuan mereka jelas: bukan untuk menjaga kualitas pers, tetapi untuk melindungi kepentingan pribadi yang berakar dari praktik manipulasi anggaran publikasi dan penyalahgunaan kewenangan.
Dalam rangka menjaga kelangsungan bisnis media milik mereka, pawang hutan dan kelompoknya telah membentuk jaringan media yang lebih mirip dengan mesin pencetak uang daripada wadah informasi yang menjunjung tinggi prinsip jurnalisme. Dengan berbagai dalih yang menyertai klaim mereka, pawang hutan berusaha menggiring opini publik dan memanipulasi ruang opini dengan menyebut diri mereka sebagai korban yang sedang memperjuangkan keberlanjutan dunia pers yang sehat, padahal pada kenyataannya mereka justru merupakan aktor utama dalam merusak ekosistem media di Aceh.
Melalui berbagai opini yang memanfaatkan nama PWI dan AJI, mereka berusaha menutupi fakta bahwa mereka adalah pelaku utama dalam merampok anggaran iklan publik yang seharusnya didistribusikan kepada media-media kredibel. Lebih parah lagi, mereka menggunakan identitas sebagai wartawan bersertifikat UKW untuk menjebak lebih banyak pihak yang tidak tahu-menahu soal praktek mereka, menciptakan citra palsu tentang integritas mereka sebagai profesional jurnalis. Padahal, kenyataannya, mereka adalah bagian dari jaringan media semu yang menutup mata terhadap kode etik jurnalistik dan hanya memikirkan keuntungan pribadi.
Bukan hanya sekadar mencatut nama organisasi pers, tindakan mereka juga berdampak besar bagi dunia pers itu sendiri. Banyak perusahaan pers yang kini kesulitan bertahan hidup karena terbatasnya akses terhadap iklan pemerintah yang malah teralirkan ke media-media milik pawang hutan. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk mendukung pers yang transparan dan independen, justru digelapkan untuk kepentingan kelompok ini.
Pawang hutan, bersama kelompok media yang mereka kontrol, berupaya untuk mempertahankan pengaruh mereka dengan segala cara, bahkan dengan menciptakan opini publik yang menyesatkan dan memanfaatkan nama-nama besar seperti PWI dan AJI untuk meredam suara-suara yang berani mengungkap kebenaran. Ini adalah bentuk penipuan yang lebih besar yang harus segera dihentikan.
Tentu saja, untuk melawan praktik ini, bukan hanya organisasi pers yang harus bersuara, tetapi juga aparat penegak hukum yang harus turun tangan mengusut tuntas jaringan bisnis gelap ini. Jika tidak, kerusakan yang ditimbulkan oleh oknum-oknum ini akan semakin besar, merusak citra pers dan mengancam masa depan media independen di Aceh.
Saatnya para pawang hutan dan kelompok mereka mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Kejahatan ini tidak bisa dibiarkan berlalu begitu saja, karena bukan hanya uang negara yang dirampok, tetapi juga masa depan media yang adil dan transparan yang sedang dipertaruhkan. (*)
Post a Comment