Pawang Hutan Kuasai Media, Korupsi Menggurita
Mediapertiwi,id,Banda Aceh-Kasus pemerasan oleh wartawan gadungan di Jawa Tengah yang berhasil dibongkar Polda menunjukkan modus baru yang jauh lebih sistemik dan berbahaya. Di balik empat pelaku yang tertangkap, tersembunyi jaringan luas yang mirip dengan praktik yang sedang marak di Aceh.
Di Aceh, dua figur sentral, dikenal sebagai Jupikar dan Pak Doktor, telah berhasil menyusup ke dunia pers dengan mengantongi sertifikat UKW meski tanpa riwayat jurnalistik nyata. Mereka mendirikan media-media terverifikasi Dewan Pers dengan nama mirip merek obat kuat. Sebagai ilustrasi sebut saja Aso Lhok Independen, Bidik Pokir, Meuligo Iklan, hingga Buser Amplop — media yang nama dan modusnya hampir sama dengan kelompok pemeras di Jawa Tengah, seperti Obat Kuat News yang meniru Morality News.
Modus mereka kian licin: memeras pejabat dengan isu sensitif seperti “Lon Asoe Lhok,” kasus korupsi, hingga suap dan gratifikasi. Jika target menolak, ancaman akan diberitakan secara negatif atau diberi tekanan untuk membagi fee bagi yang terlibat agar iklan pokir dan pariwara bisa disalurkan dengan mulus.
Seorang pejabat pengelola iklan di Aceh mengungkapkan, “Mereka tahu persis bagaimana mengincar pejabat dan menguasai jalur dana publikasi. Ini sudah seperti mafia media yang beroperasi tanpa kontrol.”
Seorang anggota kelompok dengan nama samaran Syuurkawin mengaku, “Jika korban tidak memberi, kami main suap dan bagi-bagi fee agar tujuan mendapatkan iklan tercapai. Isu Aso Lhok dan korupsi itu hanya alat tekanan.”
Rajah Lee, sumber lain dari dalam kelompok, menambahkan, “Ini bukan sekadar pemerasan, tapi jaringan yang sudah mengakar dengan media-media terverifikasi Dewan Pers untuk memuluskan akses dana pokir dan pariwara.”
Pemantau pers, Ery Iskandar, menilai fenomena ini sebagai “ancaman serius bagi integritas jurnalisme dan pengelolaan dana publik. Media yang hanya dipakai alat pemerasan harus segera dibersihkan agar publik dan pejabat tidak terus menjadi korban.”
Upaya konfirmasi kepada Jupikar, Pak Doktor, dan jaringan mereka tidak membuahkan hasil. Sejak isu pemerasan dan manipulasi dana pokir merebak, kelompok ini menghilang dari peredaran, menambah misteri di balik operasi mereka yang kerap kali licik dan sulit dilacak.
Kasus di Jawa Tengah menjadi cermin bahwa modus pemerasan oleh wartawan gadungan bukan hanya soal individu, melainkan bagian dari jaringan luas yang memanfaatkan media dan sertifikasi untuk menjerat pejabat dan menguras dana publik secara sistemik. Aceh dan Jawa Tengah menjadi dua wilayah yang kini tengah menjadi sorotan pengawasan dan penindakan agar praktik tersebut tidak semakin merajalela. (Tim Investigasi) .
Post a Comment