Drama Tentang Kebohongan Dosomuko Itu Sungguh Mahal
Oleh:Jacob Ereste
Mediapertiwi,id-Kebohongan itu terlalu mahal ongkosnya, nyaris sebanding dengan hasil penipuan yang bisa dilakukan dari kebohongan yang dianggap sukses dan mengkadali orang sekampung yang terus menghujatnya hingga bisa dilupakan sampai tujuh turunan.
Hukuman rakyat seperti itu, kata seorang penasehat spiritual di kota, sebetulnya sudah lebih dari cukup dari pengadilan rakyat yang merasa sangat dirugikan, akibat didera berbagai kompleksitas hidup yang semakin menyengsarakan.
Toh, banyak rakyat yang beranggapan belum impas untuk melunasi hutang yang harus ikut ditanggung oleh mereka. Maka itu gejolak dan kegaduhan terus membara, seperti api yang terus menyala untuk memusnahkan apa saja yang ada di kerajaan yang dibangun di era modern, dimana semua orang tahu bahwa sesungguhnya dia cuma rakyat jelata juga yang dendam pada kemiskinan masa silam yang tidak berkesudahan.
Itulah sebabnya ketika dia berkuasa membagi semua jabatan yang empuk dan enak agar dapat mengkoleksi beragam hart dan benda yang dibutuhkan untuk membangun kerajaan keluarga yang dendam pada kemelaratan secara merata sampai embah buyutnya yang tak jelas riwayat asal usulnya. Walhasil, dera dan derita itu hanya terlupakan sejenak, seperti terminal persinggahan untuk berganti penumpang. Karena itu dia sekarang sempatkan diri untuk merenung di terminal pemberhentian yang tak mungkin dapat dia lanjutkan perjalanan serta pertualangannya yang ugal-ugalan seperti peradaban awal abad ke 21 lalu.
Begitulah sepenggal kisah sejarah yang mengingatkan pada sosok seorang Fir'aun dalam wujud yang lain dapat terjadi ulang layah flashdisk yang menyimpang peristiwa tragis pada suatu negeri yang acap disebut gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kertaraharja, lan ijo royo-royo. Meski rakyatnya tetap miskin dan papa, nyaris tiada ada apa-apa kecuali derita.
Namun kemewahan untuk mengongkosi kebohongan tadi itu, pasti dan jelas fantastis. Sebab semua harus dibayar dari deposito yang terkunci rapat di dalam bungker. Mulai dari buzzer yang makin mahal tarifnya sampai acara pawai untuk meyakinkan publik bahwa opera sabun yang sedang dipertontonkan selama ini adalah cerita otentik yang tidak identik dengan drama Menunggu Godot Samuel Buckett. Meskipun sejatinya tidak kalah absurd berkisah tentang karakter, toh tetap kalah dibanding kisah Dosomuko, dari epik pewayangan Jawa, melukiskan karakter bejat yang sulit dijelaskan. Jadi memang tidak romantik seperti kisah Romeo and Juliet karya William Shakespeare. Karena agak-agak mirip dengan cerita Don Quixote karya Miguel de Cervantes yang penuh petualangan aneh. Tapi boleh juga disebut semacam drama karyanya Bram Stoker tentang vampir yang intinya mengancam kehidupan manusia, karena dia pun penghisap darah rakyat.
Jatinegara, 25 Mei 2025 .
Post a Comment